“There are two ways to get enough. One
is to continue to accumulate more and more. The other is to desire less.”
- G. K. Chesterton -
“ Ada
dua cara untuk merasa cukup.Yang pertama dengan terus mengumpulkan. Cara
lainnya dengan mengurangi keinginan . ”
- G.K. Chesterton -
Reef-Crusher tale
A
reef crusher complained about his existence.
“God
is unfair. I always covered with sweat when I’m working. It’s good to be the
sun; it doesn’t need to feel my pain. If God is fair, I want to be the sun.”
God
granted his wish. In a split of second he became the sun. He was very proud. He
shined throughout the earth and made the mankind felt his power. Suddenly, a
black cloud covered his light and he cannot penetrate his light through the
cloud.
Seorang pemecah batu karang mengeluhkan keberadaan
dirinya.“Ah, Tuhan tidak adil. Setiap bekerja aku pasti kepanasan. Betapa
enaknya menjadi matahari. Ia tidak perlu bersusah-payah seperti aku. Jika Tuhan
adil, aku ingin menjadi matahari.” Tuhan mengabulkan permintaan pemecah batu.
Dalam waktu sekejap dia berubah menjadi matahari. Betapa bangganya dia. Dengan
sekuat tenaga, dia menyinarkan cahayanya keseluruh bumi hingga manusia menjadi
kegerahan. Tetapi, tiba-tiba awan hitam menutup sinarnya. Cahaya yang kuat tak
mampu menembusnya.
“Ah,
God is unfair. There is something more powerful than me. If God is fair, I want
to be black clouds.”
Then,
God granted his wish and he turned into the black clouds. Arrogantly, he
travelled around the world, making it cloudy and gloomy. Suddenly, the wind
came and blew him away. He became upset.
Ah, Tuhan tidak adil. Ternyata ada yang lebih kuat
daripada aku. Jika Tuhan adil, aku ingin menjadi awan hitam.”
Tuhan mengabulkan permintaan matahari. Dalam sekejap,
dia berubah menjadi awan hitam. Dengan congkaknya, dia berkeliling dunia dan
menggelapkan isinya. Di tengah rasa bangganya, tiba-tiba bertiuplah angin
dengan, sangat kencang hingga awan hitam itu bercerai-berai. Dia menjadi marah.
“Oh,
God! You are so unfair! It turns out, the wind can beat me easily. Then, make
me become the wind!”
So,
again, God turned him into a wind. With his new power he blew up houses and
trees; he felt great about it, until he hit the reef. The reef stood still, it
didn’t even move. He hit the reef once more, and even harder. But the reef
didn’t move. He became furious, He exclaimed,
“Oh,
God!!!” then he said with misery, “Make me the reef so I can bear the wind!”
“Tuhan, engkau sungguh tidak adil. Ternyata angin dapat
mengalahkanku. Kalau begitu, jadikan aku sebagai angin.” Dalam sekejap awan
berubah menjadi angin. Dengan kekuatannya dia bertiup kencang sehingga banyak
rumah dan pohon yang roboh. Dia merasa menjadi yang paling hebat hingga
akhirnya dia menghantam batu karang. Tetapi, batu karang itu tetap tegak
berdiri tidak goyah. Berkali-kali dia menghantam batu karang. Tetapi, jangankan
hancur, beranjak sedikit pun tidak. Dia menjadi jengkel.
“Tuhan jadikan aku batu karang agar aku dapat menahan
angin.”
God
granted his wish and turn him into the reef so he felt unbeatable and powerful.
Until one day, an old man came by with rock crusher tools and crushed him
little by little until he became small rocks. He realized, he had to be a rock
crusher again. God gave lessons to those who are never satisfied and always
compare to others.
Tuhan sekali lagi mengabulkan permintaannya. Batu karang
itu yakin bahwa tidak ada yang dapat mengalahkannya. Sampai suatu hari, ada
seorang laki-laki tua dengan bertelanjang dada membawa alat pemecah batu.
Sedikit demi sedikit, laki-laki itu memecahkan batu karang hingga menjadi
batu-batu kecil. Dia menjadi sadar bahwa dia harus kembali menjadi pemecah batu
karang. Tuhan memberikan pelajaran kepada orang yang tidak pernah puas dan
senang membandingkan dirinya dengan orang lain.
No comments:
Post a Comment